HUBUNGAN ANTARA AGRESI DENGAN PARTISIPASI POLITIK PADA MAHASISWA/I DI JAKARTA
Keadaan politik di Indonesia berlangsung dinamis. Hal tersebut dapat dilihat melalui kerjasama yang dilakukan antara pihak eksekutif, legislatif, dan yudikatif dalam menjalankan fungsi atau tugasnya masing-masing. Dalam menjalankan fungsi atau tugas seperti menetapkan suatu kebijakan umum, seringkali terjadi perbedaan pendapat. Oleh sebab itu, kebijakan umum yang diperdebatkan tersebut tidak dengan mudah diloloskan oleh legislatif (sebagai pemegang kuasa untuk menetapkan undang-undang), terutama kebijakan yang tidak pro dengan masyarakat. Pada kenyataannya, kebijakan atau keputusan umum yang tidak pro dengan masyarakat muncul dalam kehidupan masyarakat dan harus dilaksanakan. Kebijakan tersebut dirasakan merugikan dan tidak adil bagi masyarakat.Mahasiswa sebagai bagian dari masyarakat juga merasakan adanya ketidakadilan akibat dari pelaksanaan suatu kebijakan umum. Oleh karena itu, para mahasiswa merasa perlu ikut berpartisipasi dalam politik guna mempengaruhi pemerintah mengenai pembuatan dan pelaksanaan suatu keputusan maupun kebijakan umum. Partisipasi politik yang dilakukan oleh para mahasiswa terdiri dari dua macam, yaitu partisipasi secara non violence (tanpa kekerasan) dan violence (dengan kekerasan). Contoh partisipasi secara non violence adalah melakukan diskusi politik, menulis surat, mengajukan petisi, dan sebagainya. Kemudian, contoh partisipasi politik secara violence adalah demonstrasi, huru-hara, aksi boikot, dan lain sebagainya. Partisipasi politik yang sering tersorot dilakukan oleh para ahasiswa adalah partisipasi politik secara violence, seperti demonstrasi. Para mahasiswa melakukan demonstrasi dengan tujuan supaya aspirasi para mahasiswa tersebut segera didengar dan ditanggapi oleh pemerintah. Aksi demonstrasi tersebut terkadang diwarnai dengan aksi kerusuhan. Para mahasiswa terlihat melakukan tindakan agresi seperti melempari batu ke arah aparat keamanan, memaki pemerintah sebagai pembuat kebijakan, dan sebagainya.Tindakan agresi yang dilakukan oleh mahasiswa itu timbul sebagai salah satu bentuk pelampiasan rasa frustasi terhadap pemerintah serta perwujudan partisipasi politik mahasiswa. Sebelum mengeluarkan perilaku agresi, para mahasiswa memiliki kecenderungan berperilaku agresi (berupa emosi) yang nantinya dapat disalurkan dalam perilaku agresi. Kecenderungan berperilaku agresi ini yang dimaksud dalam penelitian ini berkaitan dengan intensi atau niat yang dimiliki oleh ahasiswa mengenai kemungkinan mahasiswa tersebut akan bertindak agresi. Hal ini juga sesuai dengan definisi agresi yang menyatakan bahwa agresi merupakan sebuah intensi untuk melukai orang lain. Mahasiswa yang memiliki tingkat agresi tinggi akan enyalurkan agresinya itu pada saat berpartisipasi politik. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dan tergolong penelitian non eksperimental karena tidak dilakukan manipulasi terhadap variabel-variabel di dalam penelitian ini. Penelitian ini bersifat korelasional yang bertujuan untuk melihat hubungan antara dua variabel, yaitu variabel agresi dan variabel partisipasi politik. Wawancara tak terstruktur juga dilakukan dalam penelitian ini untuk mengetahui alasan subjek tersebut berpartisipasi politik baik secara aktif maupun tidak aktif. Sampel yang digunakan saat uji coba alat ukur agresi sebanyak 45 orang mahasiswa, sedangkan pada saat uji coba alat ukur partisipasi politik sebanyak 160 orang mahasiswa. Pada saat penelitian, jumlah sampel yang digunakan adalah 89 orang mahasiswa. Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner, baik yang mengukur agresi maupun partisipasi politik. Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan teknik statistik korelasi Pearson Product Moment.Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara agresi dengan partisipasi politik pada mahasiswa/i di Jakarta. Hal ini karena mahasiswa belum tentu menyalurkan agresinya dalam berpartisipasi politik. Mahasiswa mungkin akan lebih menyalurkan agresinya ke dalam bentuk atau perilaku lain.Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan berguna bagi banyak pihak. Kiranya penelitian ini juga dapat emberikan informasi khususnya bagi mahasiswa mengenai agresi dan partisipasi politik pada mahasiswa/i di Jakarta.
Keadaan politik di Indonesia berlangsung dinamis. Hal tersebut dapat dilihat melalui kerjasama yang dilakukan antara pihak eksekutif, legislatif, dan yudikatif dalam menjalankan fungsi atau tugasnya masing-masing. Dalam menjalankan fungsi atau tugas seperti menetapkan suatu kebijakan umum, seringkali terjadi perbedaan pendapat. Oleh sebab itu, kebijakan umum yang diperdebatkan tersebut tidak dengan mudah diloloskan oleh legislatif (sebagai pemegang kuasa untuk menetapkan undang-undang), terutama kebijakan yang tidak pro dengan masyarakat. Pada kenyataannya, kebijakan atau keputusan umum yang tidak pro dengan masyarakat muncul dalam kehidupan masyarakat dan harus dilaksanakan. Kebijakan tersebut dirasakan merugikan dan tidak adil bagi masyarakat.Mahasiswa sebagai bagian dari masyarakat juga merasakan adanya ketidakadilan akibat dari pelaksanaan suatu kebijakan umum. Oleh karena itu, para mahasiswa merasa perlu ikut berpartisipasi dalam politik guna mempengaruhi pemerintah mengenai pembuatan dan pelaksanaan suatu keputusan maupun kebijakan umum. Partisipasi politik yang dilakukan oleh para mahasiswa terdiri dari dua macam, yaitu partisipasi secara non violence (tanpa kekerasan) dan violence (dengan kekerasan). Contoh partisipasi secara non violence adalah melakukan diskusi politik, menulis surat, mengajukan petisi, dan sebagainya. Kemudian, contoh partisipasi politik secara violence adalah demonstrasi, huru-hara, aksi boikot, dan lain sebagainya. Partisipasi politik yang sering tersorot dilakukan oleh para ahasiswa adalah partisipasi politik secara violence, seperti demonstrasi. Para mahasiswa melakukan demonstrasi dengan tujuan supaya aspirasi para mahasiswa tersebut segera didengar dan ditanggapi oleh pemerintah. Aksi demonstrasi tersebut terkadang diwarnai dengan aksi kerusuhan. Para mahasiswa terlihat melakukan tindakan agresi seperti melempari batu ke arah aparat keamanan, memaki pemerintah sebagai pembuat kebijakan, dan sebagainya.Tindakan agresi yang dilakukan oleh mahasiswa itu timbul sebagai salah satu bentuk pelampiasan rasa frustasi terhadap pemerintah serta perwujudan partisipasi politik mahasiswa. Sebelum mengeluarkan perilaku agresi, para mahasiswa memiliki kecenderungan berperilaku agresi (berupa emosi) yang nantinya dapat disalurkan dalam perilaku agresi. Kecenderungan berperilaku agresi ini yang dimaksud dalam penelitian ini berkaitan dengan intensi atau niat yang dimiliki oleh ahasiswa mengenai kemungkinan mahasiswa tersebut akan bertindak agresi. Hal ini juga sesuai dengan definisi agresi yang menyatakan bahwa agresi merupakan sebuah intensi untuk melukai orang lain. Mahasiswa yang memiliki tingkat agresi tinggi akan enyalurkan agresinya itu pada saat berpartisipasi politik. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dan tergolong penelitian non eksperimental karena tidak dilakukan manipulasi terhadap variabel-variabel di dalam penelitian ini. Penelitian ini bersifat korelasional yang bertujuan untuk melihat hubungan antara dua variabel, yaitu variabel agresi dan variabel partisipasi politik. Wawancara tak terstruktur juga dilakukan dalam penelitian ini untuk mengetahui alasan subjek tersebut berpartisipasi politik baik secara aktif maupun tidak aktif. Sampel yang digunakan saat uji coba alat ukur agresi sebanyak 45 orang mahasiswa, sedangkan pada saat uji coba alat ukur partisipasi politik sebanyak 160 orang mahasiswa. Pada saat penelitian, jumlah sampel yang digunakan adalah 89 orang mahasiswa. Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner, baik yang mengukur agresi maupun partisipasi politik. Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan teknik statistik korelasi Pearson Product Moment.Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara agresi dengan partisipasi politik pada mahasiswa/i di Jakarta. Hal ini karena mahasiswa belum tentu menyalurkan agresinya dalam berpartisipasi politik. Mahasiswa mungkin akan lebih menyalurkan agresinya ke dalam bentuk atau perilaku lain.Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan berguna bagi banyak pihak. Kiranya penelitian ini juga dapat emberikan informasi khususnya bagi mahasiswa mengenai agresi dan partisipasi politik pada mahasiswa/i di Jakarta.
2 comments
Happy blogging,,,
@maksud hidupmakasih gan !
Reply
Posting Komentar
Silahkan Tinggalkan Komentar Anda Disini, Komentar Anda Sangat Berarti Bagi Kami. Jangan Lupa Memakai Sopan Santun :D
Blogger Widgets